Senin, 27 Juni 2011

Budidaya Jamur Tiram Perlu Strategi

Ternyata bukan cuma perang yang perlu strategi, usaha budidaya juga perlu strategi (hehehe...kayanya serius amat ya?!)). Setelah pembudidaya berkutat dan "berperang" dengan kontaminan yang menyerang baglog jamur, kemudian berperang dengan serangan hama yang merusak buah jamur, ternyata masih ada satu lagi tugas yang harus dipikirkan, yaitu waktu penjadualan produksi baglog agar hasil panen jamur tiram nantinya tidak over dalam arti hasil panen banyak tapi permintaan sedikit karena bersamaan dengan waktu dengan kondisi tertentu, misalnya libur sekolah, lebaran, dan lain-lain.

Pengalaman saya, hal seperti diatas sering sekali terjadi karena pembudidaya asyik membuat baglog tanpa memperhitungkan waktu panennya, malah sampai tidak memperhitungkan kestabilan hasil panennya, alhasil jamur membludak pada saat yang tidak tepat sehigga banyak yang diretur oleh pengepul karena tidak laku dan pada saat kebutuhan banyak justru hasil panen jamur menurun drastis. Contoh nyata pada bulan ini, rekan-rekan pembudidaya sedang banyak-banyaknya panen jamur, tetapi permintaan menurun, menurut penjual di pasar hal ini disebabkan oleh libur sekolah sehingga permintaan menurun. Saya sendiri juga belum begitu memahami korelasi antara permintaan jamur dengan libur sekolah, dugaan saya karena orang tua sedang banyak pengeluaran untuk biaya anak-anaknya masuk sekolah baru dan karena libur, jamur yang biasa diolah menjadi jajanan di sekolah juga ikut libur (mungkin...hehehehe...).

Pada bulan puasa biasanya permintaan jamur tinggi, namun sepertinya hal ini juga sudah banyak diketahui oleh sesama pembudidaya jamur sehingga kemungkinan pada saat ini pembudidaya sedang ngebut produksi baglognya agar pas di bulan puasa panen. Ada kemungkinan bisa banjir jamur dan harga turun atau bahkan retur, bagi pembuat baglog jika harga jamur turun sampai kisaran Rp.6.000,-/kg mungkin masih tetap untung walaupun tipis, namun bagi yang beli baglog bisa dikatakan rugi. 

Pada intinya dalam produksi baglog kita juga harus jeli dalam melihat dan memperkirakan 1-2 bulan kedepan bagaiamana keadaan pasar jamur. Selain itu pembudidaya juga perlu untuk menjalin komunikasi dengan sesama pembudidaya jamur lainnya agar dapat diketahui berapa banyak baglog yang diproduksi, sehinga dapat memperkirakan jamur yang akan beredar di pasaran lokal dengan juga melihat kapasitas pasar yang biasa kita geluti. Akan lebih baik lagi juga pembudidaya juga bisa mempunyai kemampuan untuk mengembangkan produk olahan jamur. Mari kita atur Strategi..jreng..jreng..!!! 

Kamis, 23 Juni 2011

Pupuk Organik

Pupuk Organik dari Limbah Baglog Jamur Tiram


Baglog jamur tiram yang sudah tidak produktif dapat diolah menjadi pupuk organik dengan memanfaatkan mikroorganisme efektif (EM4) untuk mendekomposisi limbah baglog menjadi pupuk organik.

Jamur Tiram

Jamur Tiram dari Jamur Perwira Netto 1 ons/ kemasan
Di daerah kami, Purbalingga, permintaan jamur tiram untuk pasar tradisional dikemas dalam plastik ukuran 15 x 20 cm dengan ketebalan 0,5 mm dan netto 1 ons. Walaupun ada juga yang menjual dengan netto dibawah 1 ons dan harga sama dengan yang kami produksi, namun kami tetap menjaga kualitas produk kami karena kami menjaga kepercayaan yang diberikan oleh konsumen kepada kami.  Selain itu jamur yang kami jual adalah jamur segar yang masih muda sehingga lebih tahan lama dan terjaga kesegarannya. Khusus untuk produk kami, kemasan kami beri merk Jamur Perwira dan kami berikan kolom nomor telpon untuk penjual yang mau mencantumkan nomornya sehingga pesanan akan selalu melalui penjual.  Hal ini agar tercipta hubungan yang baik antara kami, para produsen jamur, dengan para penjual jamur di pasaran.  Terima kasih kepada para penjual jamur yang telah bekerjasama dengan kami.

Kamis, 16 Juni 2011

Proses Sterilisasi

Proses Sterilisasi baglog (media jamur) merupkan proses yang sangat penting dalam kegiatan produksi jamur tiram.  Proses ini sering kali menjadi "tertuduh" klo baglog terkontaminasi,hehehe...padahal proses yang lain jg sama pentingnya. Pada intinya pada semua proses dalam kehiatan produksi harus selalu dijaga kebersihannya.  Pada proses sterilisasi memang bisa menjadi penentu apakah pembuatan baglog akan berhasil atau tidak, sebab pada proses inilah seharusnya semua bibit kontaminan mati sehingga bibit jamur tiram dapat bertumbuh dengan baik dan sempurna.


Jika pada pembudidaya jamur yang sudah besar kapasitas produksinya, mereka pada umumnya sudah menggunakan oven untuk strerilisasinya, namun untuk pembududaya yang masih kecil seperti saya, masih bisa menggunakan drum, sistemnya hampir sama, yaitu menggunakan steam (uap panas).
Penataan baglog dalam drum

secara teori, suhu untuk sterlilisasi adalah 100 derajat celcius selama 5-6 jam.  Tapi karena terlalu repot untuk beli termometer segala..langsung ja dicoba berdasarkan pengalaman n tanya sana-sini sesama pembudidaya jamur dan jangan sungkan untuk berguru kepada senior hehehe...

Dalam pengalaman saya, akhirnya saya mendapatkan patokan yang pas.  Untuk sterilisasi dengan menggunakan drum, saya mengisinya maksimal 110 baglog dengan menghabiskan 1 tabung gas lpg 3 kg.  Mungkin juga pembudidaya yang lain punya patokan lain, bisa juga kita share, cuma klo saya pada patokan itulah keberhasilan bisa mencapai 95-98%.  

Kompor gas dengan api sedang
Cara sterilisasinya adalah ; drum yang akan kita gunakan untuk sterilisasi sebelumnya diberi saranyan yang terbuat dari bambu atau kayu. ukuran tingginya kurang lebih 10 - 15 cm.  Drum diisi dengan air sebanyak 15 liter (ember cat besar).  Setelah itu masukkan plastik yang berbentuk tabung dengan diameter 1 m.  Biasanya di toko-toko plastik dijual, ketebalan plastik 0,8 mm.  panjang plastik 1,5 m sudah cukup.  Setelah itu baru masukkan sarangan dan susun baglog dengan bagian atas menghadap ke bawah.
Kemudian ikat dengan rapat dan lapisi dengan terpal atau spanduk bekas, maklum memanfaatkan barang bekas..hehehehe... Kompor dan regulator yang digunakan untuk sterilisasi adalah kompor gas dan regulator yang biasa digunakan oleh tukang mie ayam atau nasi goreng, bisa kita dapatkan di toko - toko besi karena barang-barang itu sudah banyak pemakainya sehingga banyak toko yang juga menjualnya.  Pada saat pemasakkannyapun, nyala api perlu diatur, sebab jika terlalu besar nyalanya, sterelisasi akan berlangsung kurang sempurna, gas keluar terlalu banyak sehingga cepat habis, padahal bibit kontaminan belum semuanya mati karena suhu yang terlalu cepat turunnya.  Sebaiknya api diatur nyala sedang, agar suhunya konstan, biasanya dengan nyala api sedang, gas akan bertahan selama 6 - 8 jam.   Selamat mencoba !!